Usaha Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika

on Senin, 04 April 2011
Masalah pendidikan senantiasa menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan dan ditemukan solusinya. Diantara berbagai masalah yang ada, masalah kualitas pendidikan/hasil belajar siswa merupakan topik yang sangat menarik dan tidak pernah habis dibicarakan dalam dunia pendidikan, karena hasil belajar merupakan indikator keberhasilan proses pengajaran yang diterapkan pada siswa khususnya dan sekaligus indikator untuk menilai kualitas sistem pendidikan yang diterapkan pada umumnya.
Rendahnya perolehan rata-rata prestasi belajar Matematika, salah satunya disebabkan oleh metode pengajaran yang diterapkan guru hanya menggunakan metode ceramah, diskusi informasi, karena metode mengajar mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing-masing maka keberhasilan belajar bergantung pada ketepatan pemilihan metode dalam arti kesesuaian antara tujuan pokok dengan metode, situasi dan kondisi serta kepribadian guru yang mengajarkan materi tersebut. Dalam kurikulum matematika diharapkan sebaiknya membangkitkan kreativitas siswa agar siswa tersebut belajar aktif, dimungkinkan konsep-konsep Matematika yang diajar sudah dipahami dengan baik. Oleh sebab itu dalam memilih metode sebaiknya guru mengacu pada cara kerja siswa aktif sehingga diharapkan metode mengajar yang digunakan lebih efektif.
Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Whitaker dalam Sumanto (1990) menjelaskan bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Dengan demikian disimpulkan bahwa belajar diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan yang terjadi dalam diri siswa kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan yang dimaksudkan dalam belajar adalah adanya perubahan tingkah laku anak didik, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu atau dari tidak terampil menjadi terampil.
Metode pembelajaran yang digunakankali ini adalah metode latihan berstruktur dan pengajaran langsung merupakan salah satu metode mengajar yang dapat diterapkan oleh guru untuk mengatasi masalah dalam proses belajar mengajar
Definisinya
1.      Metode latihan berstruktur adalah metode mengajar dengan memberikan soal-soal latihan yang dimulai dengan soal yang mudah menuju soal-soal yang sulit terhadap apa yang telah dipelajari siswa serta memberikan penjelasan terhadap materi yang belum dipahami siswa sehingga siswa memperoleh keterampilan tertentu.
2.      Model pengajaran langsung adalah suatu pembelajaran yang dirancang khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik.
3.      Prestasi belajar matematika adalah nilai yang diperoleh dari siswa setelah mempelajari materi pelajaran yang diukur dengan tes hasil belajar matematika.
Metode latihan berstruktur merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan berstruktur terhadap apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh keterampilan tertentu. Pemberian latihan dilakukan setelah siswa memperoleh konsep yang akan dilatihkan. Soal-soal yang diberikan kepada siswa dimulai dari soal-soal yang mudah menuju ke soal-soal yang lebih sulit. Hal ini dilakukan dengan bimbingan dari guru, dimana guru terlebih dahulu memberikan contoh cara menyelesaikan soal secara berstruktur dan baik. Selanjutnya siswa diperintahkan untuk menyelesaikan soal-soal yang sejenis dengan soal yang telah diselesaikan oleh guru. Dengan demikian, para siswa akan merasa terbimbing secara baik dan dapat menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru dengan benar.
Dalam kaitannya dengan metode mengajar, metode latihan berstruktur ini merupakan kombinasi dari metode latihan dan metode pemecahan masalah. Hal ini dimaksudkan agar siswa memiliki kecakapan mental dalam memecahkan setiap permasalahan yang dihadapinya melalui latihan yang dibuat secara berstruktur, sehingga mereka terlatih untuk berpikir secara lebih sistematis, logis, teliti, dan teratur.
Adapun tujuan metode latihan berstruktur menurut Slameto (1995) secara khusus diuraikan sebagai berikut:
1.      Siswa memiliki ketrampilan motorik/gesit seperti menghafal, menggunakan alat-alat dan lain-lain.
2.      Mengembangkan kecakapan intelektual seperti megalikan, membagi, menjumlakan dan mengurangi.
3.      Memiliki kemampuan menghubungkan antara suatu keadaan dengan hal yang lain seperti hubungan sebab akibat tujuan belajar.
Apabila seorang guru akan menerapkan secara terpadu metode latihan berstruktur dan pengajaran langsung akan nampak pada saat membimbing siswa melakukan pengetahuan dan keterampilan secara terstruktur dan pada saat membimbing pelatihan lanjutan. Menurut Roestiyah (2001) menerapkan metode latihan berstruktur dalam pembelajaran sebaiknya memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Guru harus memilih latihan yang mempunyai arti luas yang dapat menanamkan pengertian pemahaman akan maksud dan tujuan latihan sebelum mereka melakukannya.
2.      Menggunakan latihan hanya untuk materi/konsep yang dilakukan secara otomatis siswa tanpa menggunakan pertimbangan yang mendalam seperti menghafal, menghitung dan lain-lain.
Dalam latihan pendahuluan guru harus lebih dahulu harus menekankan pada diagnosa, karena pelatihan permulaan tersebut belum diharapkan siswa dapat menghasilkan keterampilan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Guru harus memperhitungkan waktu atau masa latihan agar siswa tidak merasa bosan.
Hal yang paling utama siswa dalam belajar adalah motivasi. Menurut Purwanto (1995: 73), motivasi adalah suatu usaha yang didasari untuk menggerakan dan menjaga tingkah laku seseorang agar terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil dan tujuan tertentu. Selanjutnya, Passang dalam Hutabarat (1999: 26) mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga penggerak yang menimbulkan upaya keras untuk melakukan sesuatu. Pendapat tersebut selaras dengan ungkapan Hudoyo (1996: 3) yang mengemukakan bahwa motivasi adalah kekuatan pendorong yang ada dalam diri individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan.

Motivasi dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ektrinsik. Motivasi intrinsik megacu pada faktor-faktor dari dalam diri siswa yang mendorong untuk belajar, sedang motivasi ektrinsik mengacu pada faktor-faktor dari luar yang mendorong siswa sehingga dapat melakukan kegiatan belajar. Motivasi intrinsik sifatnya lebih kekal pada diri siswa dibandingkan dengan motivasi ektrinsik, tetapi sama-sama sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar.
Menurut Dimyiati (1999:85) motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut:
1.       Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir
2.      Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar dibandingkan dengan teman sebaya
3.      Mengarahkan kegiatan belajar
4.      Membesarkan semangat belajar
5.      Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang berkesinambungan, individu dilatih untuk menggunakan kekuatannyasedemkian rupa sehingga berhasil.
Kelima hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya motivasi tersebut disadari oleh pelakunya sendiri. Bila motivasi disadari oleh pelaku, maka sesuatu pekerjaan, dalam hal ini tugas belajar akan terselesaikan dengan baik.
Dimiyati (1999:85) juga menjelaskan bahwa motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, manfaat itu sebagai berikut:
1.      Membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil
2.      Memahami jenis-jenis motivasi belajar siswa
3.      Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran seperti fasilitator, instruktur, teman diskusi
4.      Memberi peluang kepada guru untuk unjuk kerja rekayasa pedagogis.
Prestasi belajar adalah hasil-hasil yang dicapai siswa dalam kegiatan belajar. Hasil-hasil yang dicapai siswa tersebut terdiri dari tiga aspek, yaitu:
1.      Aspek kognitif yang mencakup ketramplan intelektual,
strategi-strategi kognitif dan informasi verbal
2.      Afektif yang berhubungan dengan sikap
3.      Psikomotor yang berhubungan dengan ketrampilan-ketrampilan motorik.
Hasil belajar tersebut diperoleh dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru baik dilakukan melalui tes tertulis maupun lisan.



0 komentar:

Posting Komentar